Kamis, 25 November 2010

My First Romance

* si cantik mahakam yang romantis
 


Saya bukanlah orang yang romantis.
Bahkan saya merasa terlalu gila untuk mengucapkan kata-kata ‘so sweet………’ seperti yang teman-teman saya sering lakukan kalau melihat hal-hal yang manis, kalau melihat pacar yang baik hati, kalau melihat gebetan yang superboy banget…

Entahlah apa romantis itu, sepertinya saya tidak butuh romantis untuk hidup.

Hari itu termasuk dalam hari-hari ‘mati kebosanan’ saya.
Saya mengunjungi abang  yang bekerja di samarinda, tapi saya hanya di rumah saja. Abang  sok sibuk kerja ini itu, entah apa, katanya ngurusi kampus, dan saya di rumah sendirian nonton tv.

Oh no… jauh-jauh ke samarinda cuma buat nonton tv!!! Di kos pun bisa, meskipun tv kamar tetangga, hehehe.. katanya saya harus nunggu abang dulu di rumah sampai dia pulang.

‘sabar’

Saya berusaha sekali menjadi sabar, susah ternyata. Saya bukanlah orang yang sabar dan bisa diam menunggu. Saya suka tantangan dan selalu ingin maju duluan, entah grusa-grusu atau ngawur namanya, tapi saya suka yang spontanitas seperti itu. Alhasil, saya malah telepon abang dan marah-marah. Hehehe.. tapi kan intinya saya tetap sabar dan tidak kabur dari rumah…

Jam sudah menunujukkan hampir pukul 18.00 WITA. Tapi matahari masih terik, mungkin kalau di jawa masih seperti  pukul  16.30-an gitu, ternyata matahari tenggelam lebih lambat di Kalimantan. Saya masih marah-marah dan cemberut sama abang. Abang baru pulang dari kantor, padahal dia janji mau mengajak saya jalan-jalan. Kalau sudah malam begini mau jalan-jalan ke mana coba…

Abang menghibur saya dan bilang kalau malam hari banyak pedagang durian di tepian sungai Mahakam. Wah, mendengar kata duren saya langsung semangat lagi, hehehe… ternyata saya gampang dirayu dengan durian

Tepian Mahakam ternyata tidak jauh dari rumah abang, mungkin sekitar 15 menit. Sesampai di pertigaan jalan, saya sudah bisa melihat sungai Mahakam yang besar itu. Kata abang, samarinda itu kecil, jalan ke mana pun pasti berakhir ke tepian Mahakam, makanya samarinda punya gelar ‘kota tepian’. Saya langsung meloncat turun dari motor dan lari ke tepian sungai. Ternyata waktunya pas, pas matahari tenggelam alias sunset.

sungai mahakam yang agung binti cantik :)

Romantis. Tiba-tiba kata itu berterbangan di benak saya.

Mahakam di kala senja sangat romantis sekali.

Kebencian saya terhadap romantis harus diakhiri saat itu juga. Saya menyerah dan mengakui bahwa hidup membutuhkan hal-hal yang romantis seperti ini.

Matahari dari arah barat menuaikan cahaya kuning keemasan yang sangat elegan. Hanya ada sedikit cahaya keemasan diantara awan-awan yang mengumpul di barat langit, dan sisanya adalah langit biru yang mulai menggelap perlahan demi perlahan. Sedikit bias sinar matahari di sebelah barat itu juga memantul pada awan-awan di sekitar sehingga memunculkan sedikit warna keperakan yang cantik. Tampak pula seleret-seleret awan tipis berwarna pink yang menghiasi cakrawala. Sinar matahari juga menyebabkan siluet cantik dari islamic centre samarinda di kejauhan. Islamic centre yang berdiri kokoh dengan gagah itu terlihat seperti istana kerajaan islam di kala senja. Siluet perbukitan, pepohonan dan sedikit lampu kota juga menampakkan diri dengan kalemnya. Beberapa tongkang berlalu lalang mengangkut batu bara, beberapa sisanya bersandar.  Angin bertiup sangat perlahan menciptakan riak-riak kecil di badan sungai Mahakam. Ah, damai rasanya…  padahal di belakang saya adalah jalan raya dengan kendaraan yang berlalu lalang karena jam pulang kerja. 

tongkang-tongkang yang bersandar
serasa jaman raja-raja islam


Sungguh keren! Di tengah ibu kota provinsi yang ramai masih ada pemandangan seperti ini…

Romantis, sebuah kata untuk keindahan

Sebuah kata untuk kasih sayang

Betapa tuhan menyayangi saya dan menakdirkan saya semenjak bersarang di rahim ibu untuk menikmati indahnya tepian Mahakam 21 tahun kemudian.

:) gaya dikit ah (:


Romantis, juga sebuah perjuangan

Abang saya yang  lelah bekerja seharian masih saja berusaha membuat saya yang marah-marah seperti anak kecil agar kembali tersenyum.

Pengemudi tongkang itu menyandarkan kapalnya di tepian Mahakam, sepertinya mereka pulang setelah mengelilingi sungai dan laut yang betapa luasnya itu untuk melepas lelah sembari memeluk anak istri di rumah.

Romantis akan semakin menjadi ketika kita menikmatinya dengan orang yang sangat kita sayangi

Saya menyerah untuk mengakui romantis sejak saat itu.

makin tenggelam mataharinya makin cantik

Rabu, 24 November 2010

bosan.

saya suka libur
saya suka kalo seharian ndak ada kuliah
tapi lama-lama bosan juga ternyata, pengen traveling tapi apalah daya besok jadwal kulia penuh
mari otak-atik blog!
saatnya ganti kulit!!!

kambuh.

arrrggghhh,, saya balik lagijadi pemalas
kerjaan di kosan tiduran mulu sama kulia
sama nungguin modem kalo tengah malem baru joss koneksinya, hiks
sebagai mahasiswi semester akhir yang mau skripsi.. saya banyak menghabiskan waktu saya untuk istirahat, biar perkembangan otak saya maksimal dan tokcer kalo nyelesein skripsi nanti.. hhi (sebut saja ini alasan orang malass)
bulan oktober banyak saya lalui dengan traveling
i'll tell you later
mmuah