Kamis, 26 April 2012

KUTAI, lets save the loveable ORANG UTAN

Saya jatuh cinta pada pandangan pertama dengan Pongo pygmaeus alias orang utan sejak melihat gerak-gerik mereka di kebun binatang surabaya. Tatapan sendu dan berkaca-kaca yang terpancar dari sepasang mata bulat itu senantiasa membuat hati saya bergetar. Pedih rasanya ketika melihat mereka tak hentinya melambaikan tangan kepada pengunjung, meminta kacang atau pun secuil roti untuk mengisi perut. Para pengunjung pun tak mengindahkah tulisan: dilarang memberi makanan kepada satwa, semakin banyak kacang yang mereka lempar ke dalam kandang, semakin menarik tontonan yang mereka dapatkan. Entah karena stok makanan dari kebun binatang yang kurang atau karena sudah terbiasa diperlakukan seperti itu oleh para pengunjung, tak habis pikir rasanya melihat tingkah orang utan yang tidak jauh berbeda seperti pengemis jalanan itu. Melihat fenomena ini, saya tergelitik untuk melakukan perjalanan ke dalam hutan borneo, menengok orang utan liar dengan kehidupannya yang masih alami. Pilihan saya jatuh kepada Taman Nasional Kutai di Kalimantan timur, karena menurut informasi yang saya dapatkan, kawasan Prevab Mentoko di Taman Nasional ini merupakan stasiun penelitian orang utan liar, di mana orang utan dibiarkan hidup alami seperti di habitat aslinya tanpa diberi bantuan makanan atau pemeliharaan. nah, kawasan yang nature seperti inilah yang saya butuhkan untuk mempelajari dan mengamati keunikan orang utan lebih lanjut. Taman Nasional Kutai terletak di kota Sangatta, sekitar 5-6 jam dari kota Balikpapan, dan dapat ditempuh dengan bus ataupun mobil travel yang banyak tersedia di terminal. Apabila melakukan perjalanan siang hari, mata kita akan dibius dengan betapa hijaunya hutan Kalimantan yang menjadi jantung dunia ini. Jalanan antar kota di provinsi ini sungguh berliku dan berbukit, dilengkapi pula dengan sopir-sopir yang hobi ngebutnya membuat kita ingat akan tuhan dan bermacam-macam lantunan doa. Saya sangat menyarankan obat anti mabuk perjalanan untuk dikonsumsi lebih dahulu bagi mereka yang tidak biasa dikocok perutnya. Ada baiknya jika kita singgah dahulu di kota Samarinda, menikmati indahnya Mahakam yang maha luas dan melanjutkan perjalanan esok harinya dari terminal Lempake menuju kota Sangatta. Sasaran saya adalah kawasan prevab Mentoko Taman Nasional Kutai, minimnya informasi tentang stasiun penelitian orang utan liar ini tidak membuat saya berkecil hati. Karena berkunjung pada hari Minggu, balai kantor taman nasional kutai yang terletak di kota Bontang pun tutup. Banyak cara menuju Roma, maka saya putuskan untuk mampir dan mencari informasi di kawasan wisata Sangkima Taman Nasional Kutai. Kawasan wisata Sangkima merupakan kawasan wisata yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan karena aksesibilitasnya yang paling mudah dan berada di pinggir jalan poros km 38 kota Bontang-Sangatta. Kawasan wisata sangkima sungguh rindang dengan pepohonan hijau yang tinggi, di sini juga terdapat pohon ulin raksasa dengan diameter 2,5 meter, tempat camping, jembatan gantung dan jembatan sling yang menantang adrenalin kita. Petugas di kawasan wisata Sangkima sungguh baik hati dan memberi saya informasi penting bagaimana cara menuju kawasan prevab mentoko, dilengkapi pula dengan contact person yang harus saya hubungi nanti. Segera setelah itu saya melanjutkan perjalanan dengan penuh senyum kemenangan. Rute yang harus saya tempuh adalah kota Sangatta-kantor desa kabo jaya-dermaga papa Charlie. Malangnya, sopir travel tidak tahu di mana kantor desa kabo jaya itu, sehingga saya diturunkan di pertigaan desa kabo. Sambil sedikit basa-basi dan tanya orang-orang yang sedang nongkrong di warung, saya menanyakan bagaimana caranya menuju dermaga papa charlie. Malangnya lagi, tidak seorang pun warga desa kabo yang tahu tentang dermaga yang menjadi pintu masuk ke kawasan stasiun penelitian orang utan liar yang terletak di desa mereka sendiri. Setelah menelepon berkali-kali pada contact person yang saya dapatkan di Sangkima tadi akhirnya terhubung juga kepada Pak Supian, penjaga prevab mentoko, entah karena sinyal yang sulit atau hujan yang deras sekali siang itu sehingga saya agak kesusahan menelepon mereka. Pak Supian menjelaskan kepada saya untuk segera menuju kantor desa kabo jaya, dermaga papa charlie terletak di dekat kantor desa tersebut, beliau akan mengutus petugas kapal untuk menjemput saya di tepian sungai. Segeralah saya naik ojek saat itu juga ketika hujan mulai mereda dan matahari mendadak panas sekali, yah, sungguh ekstrim cuaca di pulau borneo ini.
Setibanya di kantor desa kabo jaya, saya beruntung sekali bertemu dengan seorang pegawai prevab yang akan mengantar bule menyebrang. Ternyata pelabuhan papa charlie terletak di bawah kantor desa kabo jaya, tepat di tepian sungai sangatta yang terkenal dengan buaya-buaya buas pemangsa manusia. Segera setelah itu saya menyebrang sungai dengan kapal bermotor kecil yang disediakan oleh pihak taman nasional kutai. Sekitar 15 menit perjalanan sungai, saya pun tiba di kawasan prevab mentoko. Sungguh takjub sekali rasanya, kawasan ini terletetak agak dekat dengan tepian sungai akan tetapi tertutupi oleh hijaunya pohon-pohon rindang. Terdapat pondok kayu yang disediakan sebagai tempat menginap para pengunjung dan peneliti, sungguh sederhana tapi kokoh terlihat. Bekas hujan tadi sore membuat hawa kayu-kayu yang basah makin sejuk membelai hidung saya. Saya disambut begitu baik dengan para petugas dan ranger hutan yang terlihat senang karena ada wisatawan dalam negeri yang akhirnya berkunjung. Ternyata jumlah wisatawan dalam negeri yang berkunjung ke tempat ini sangatlah sedikit, hampir separuh jumlah wisatawan manca negara setiap bulannya. Mirisnya, warga sekitar kota Sangatta pun banyak yang tidak tahu tentang kawasan perlindungan orang utan ini.
Pak supian, pak mardian dan pak hasanuddin, mereka bertiga bekerja merangkap sebagai ranger hutan dan penjaga tempat ini. Sambil menikmati buka puasa setelah perjalanan panjang ini, saya bercengkerama dengan beliau-beliau yang ahli masalah per-orang utan-an ini. Kepada saya, mereka bercerita bagaimana uniknya orang utan sehingga harus kita jaga kelestariannya. Orang utan berbeda dengan primata lain, penambahan jumlah mereka sangatlah lambat apabila dibandingkan dengan primata lain. Salah satu penyebabnya adalah seorang induk orang utan tidak akan beranak lagi sampai anak mereka berusia 6 tahun, dan selama 6 tahun itulah sang induk akan menggendong dan membesarkan sang anak kemana pun dia pergi. Sungguh ibu yang baik sekali, bahkan manusia yang diwajibkan memberi ASI ekslusif selama 6 bulan saja tidak semua bisa melaksanakannya. Di tambah lagi masalah yang sedang santer terjadi adalah pembabatan hutan untuk pembukaan lahan baru, sehingga mengganggu habitat asli dimana orang utan hidup dan mendapat makanan. Akibatnya banyak orang utan yang dibantai karena dianggap hama atau pengganggu. Banyak pula orang utan yang dibunuh begitu saja karena kedapatan mencuri di ladang milik penduduk, padahal mereka hanya sekedar mencari makananan pengganti atas sumber makanan mereka di hutan yang telah di babat habis oleh manusia. Kebakaran hutan dankekeringan juga merupakan salah satu hal lain yang membuat habitat alami orang utan makin terbatas. Yang lebih mengerikan lagi, trio ranger ini bercerita bahwa ada pula sekelompok pemburu yang sengaja berburu orang utan untuk di makan dagingnya. Saya sungguh tidak habis pikir akan kekejian manusia kepada orang utan, saya kira kehidupan mereka di alam mungkin lebih baik daripada di balik jeruji kebun binatang, ternyata hidup di alam pun sekarang banyak mengalami ancaman yang serius. Trio ranger juga bercerita kepada saya bagaimana takjubnya melihat orang utan membuat kandang mereka sendiri dari ranting-ranting pohon, bagaimana lengan-lengan yang panjang itu mematahkan satu ranting ke satu ranting lain lalu membentuknya menjadi sebuah sarang melingkar yang melindungi mereka dari hujan dan pemangsa. Orang utan dikawasan ini merupakan orang utan liar yang dibiarkan hidup alami, mereka dibiarkan mencari makan sendiri agar tidak bergantung pada manusia dan tetap lestari hidup dari satu pohon ke pohon lain. Habitat asli orang utan adalah pohon, orang utan yang berjalan di tanah bukanlah orang utan liar, begitu penjelasan trio ranger kepada saya. Obrolan yang menambah wawasan saya tentang orang utan ini terpaksa harus dihentikan karena saya harus melakukan track malam keliling hutan mencari tarantula, bersama dengan pak mardian dan sekelompok wisatawan asal ceko.
Selain orang utan, kita dapat menemui flora dan fauna lain yang yang terdapat dalam hutan ini. Semuanya kebanyakan hewan dan tumbuhan baru yang selalu membuat saya bersorak kegirangan karena belum pernah bertatap muka dan berkenalan secara langsung sebelumnya. Saya senang sekali ketika melewati hutan tengah malam dengan penerangan headlamp dan beberapa kunang-kunang yang berkali-kali melintas memberi penerangan tambahan, belum lagi ketika saya mendapati sebuah tarantula besar yang merayap keluar dari liangnya, tangan-tangan yang panjang dan berbulu halus berwarna hitam pekat itu sungguh terlihat jahat dan garang sekali. Keesokan paginya, tracking masuk hutan dilanjutkan untuk berburu orang utan, berburu gambar saja tentunya. Setelah jalan kaki sekitar 1 km ke dalam hutan, saya dan rombongan bule dari belanda mendapati seekor induk orang utan sedang asik menikmati dedaunan di atas pohon sambil menggendong anaknya. Kami semua sungguh takjub dibuatnya, dengan kedua lengannya yang panjang itu sang induk lincah sekali meraih ranting-ranting yang jauh dari tempatnya duduk. Para ranger hutan menjelaskan kepada kami bahwa kami tidak boleh berada pas di bawah pohon tempat orang utan berada, karena sesekali mereka suka menjatuhkan ranting. Selain itu, para ranger juga bercerita bahwa jangan pernah sekali-kali mengganggu atau mengambil anak orang utan yang ada induknya, sang induk akan marah dan menjadi buas sekali, bahkan tak akan segan menyerang manusia sampai bisa mendapatkan anaknya kembali. Sungguh induk orang utan sangat pantas untuk mendapat gelar kehormatan, the best smart mom ever. Selain orang utan, saya juga mendapati flora dan fauna lain yang lebih mudah diamati pada siang hari. Fauna seperti kelana pinang, luwing, kupu-kupu hidung panjang atau yang biasa disebut lunlim, laba-laba, serangga-serangga lain, burung-burung dan reptil. Apabila melanjutkan perjalanan hingga ke muara sungai, kita bisa melihat habitat asli bekantan atau kera hidung panjang. Kalau beruntung, kita juga bisa melihat rusa sambar, kancil, bajing kerdil bertelinga hitam, kura-kura kaki gajah dan ular phyton. Untuk flora saya sungguh takjub melihat pohon-pohon besar yang belum pernah saya jumpai di mana pun sebelumnya, ada pohon ulin, pohon raja, pohon hitam, ada pula tumbuhan pasak bumi, anggrek, rotan, tumbuhan paku, lumut, jamur, kantong semar dan banyak lagi yang lain.
Prevab mentoko taman nasional kutai adalah tempat yang sangat worth untuk dikunjungi, di mana kita tidak hanya berbagi dengan alam, tetapi juga merasakan langsung bagaimana berkenalan dan berbagi cerita agar alam dapat terus dijaga kelestariannya. Mari menyayangi alam seperti menyayangi diri kita sendiri.
Price list Bus Balikpapan-samarinda: rp 25.000,- (atau travel rp 60.000,-) Travel samarinda-sangatta: rp 80.000,- (bisa hubungi travel andi 081346625633) Ojek dari desa kabo-dermaga papa charlie: rp 15.000,- (bisa hubungi ojek irvan 085731727727) Sewa kapal dari taman nasional, sungai sangatta-prevab: rp 300.000,- (bisa sharing) (bisa hubungi pak supiani 081346348803 atau kantor taman nasional kutai 054827218 / 054822946 atau pak sumidi 082157525231 / 08159724106) Penginapan selama di prevab: rp 100.000,- per malam (bisa sharing, satu kamar ada yang berisi sampai 3 bed) Ranger hutan: rp 200.000,- (bisa sharing) Makan selama di prevab: rp 60.000,- Tiket masuk: rp 1.500,- (per orang) Kamera: rp 3.000,- (per kamera) *tulisan ini dimuat di majalah infobackpacker edisi 11, untuk mendownload klik di sini sob!

4 komentar:

  1. Dear mba irma
    saya tertarik ingin berlibur ke Sangkima TNK, bisa ga minta info harga tiket masuk ke Sangkima per orang, sewa guest house/kamar dan sewa kemping groundnya kalau ada.trims

    BalasHapus
  2. neng irma,,bisa berbagi pengalamannya dong

    BalasHapus
  3. wah mbak norma sepertinya saya telat sekali membalasnya ya, tapi dr tulisan saya diatas infonya sudah lengkap semua dan ada nomor contact personnya :)

    BalasHapus
  4. mas afif mari sama-sama berbagi, saya sih tidak ada pengalaman apa-apa, harus banyak belajar setiap hari :)

    BalasHapus